Rabu, 11 Oktober 2017

Nyoba Masker Jerawat (Acne Care Mask) Sariayu

Halo readers?
Kali ini Leon mau bikin review tentang maskernya Sariayu yang Acne Care Mask atau masker jerawat. Blog ini bukan beauty blog, Leon hanya ingin berbagi cerita mengenai pengalaman Leon ketika memakai masker ini.



Fyi ya readers, ini pertama kalinya Leon beli dan make masker *hahahahah*. Kalau ada yang nanya apakah Leon jerawatan, jawabannya nggak, tapi Leon punya wajah yang super duper gampang minyakan (v.v)
Sebelum ceritamengenai masker jerawat ini, Leon mau ngasih tau readers dulu kalo Leon juga make foam (sabun cuci muka) Sariayu yang Anti Acne Facial Foam, ya tujuannya buat ngilangin minyak berlebih di wajah Leon.
Eitt, eittt, sebelum lanjut cerita tentang maskernya, Leon mau cerita dulu soal foamnya Sariayu ini (btw ini bukan endorse dan Leon nggak mendapat keuntungan material dengan menulis ini). Leon selama ini udah mencoba beberapa produk facial foam, seperti Pond's, Garnier, Shinzui, bahkan baby soap seperti Cussons dan Jhonson, terus terakhir Leon coba yang Sariayu. Dari semua produk di atas, Leon paling cocok sama yang Sariayu, soalnya dia lembut banget di kulit. Kalau pake produk lain, entah kenapa Leon ngerasa di wajah itu agak gimana gitu, kerasa banget kimia-kimianya.

Berhubung Leon make foamnya, Leon jadi penasaran sama maskernya. Seperti yang Leon udah ungkapkan di atas, Leon belum pernah make masker sebelumnya, jadi dalam benak Leon, masker Sariayu ini bentuknya bakalan putih dan nempel *plok* di wajah kayak tisu basah. Cus, Leon beli maskernya seharga sepuluh ribuan lebih.

Sebelum make maskernya, Leon cuci muka dulu pake air hangat. Setelah selesai dikeringkan dengan tisu, maskernya Leon buka dan Leon tuangin di wadah. Warnanya coklat muda berbentuk bubuk halus (Mirip bubuk susu kedelai, tapi lebih halus). Ketika melihat teksturnya yang demikian, Leon sadar bahwa apa yang Leon harapkan tidak akan datang. Benar saja, setelah dicampur air, masker Sariayunya berubah bentuk menjadi pasta dan ketika diaplikasikan ke wajah, bentuknya seperti memakai bedak dingin T_T
Aroma maskernya lembut, tapi Leon nggak begitu suka. Oh iya, buat para readers, ketika maskernya kering, teksturnya akan tampak seperti lumpur mengering, jadi gerakan di wajah akan menyebabkan maskernya retak-retak gitu. Hati-hati ya jangan sampai kehirup atau ketelan ^.^

Setelah selesai memakai maskernya selama beberapa saat, Leon membersihkan wajah. Hasilnya kulit wajah jadi lebih lembut :)

Tapi for next time, Leon berniat ganti ke produk bedak dingin aja, soalnya lebih murah. Untuk tulisan selanjutnya, Leon akan membahas mengenai bedak dingin yang Leon gunakan ya, soalnya bakalan ada cerita panjang juga dibaliknya ^^
Share:

Sabtu, 07 Oktober 2017

Review Mystic Messenger

Halo, readers. Hari ini aku tiba-tiba berkeinginan membuat review mengenai salah satu otome game yang sedang naik daun, yakni Mystic Messenger. Permainan ini dikelola oleh perusahaan Cheritz asal Korea Selatan yang juga men-develop beberapa otome game lainnya seperti Dandelion dan Nameless. Tulisan ini tidak akan menjelaskan banyak mengenai Cheritz karena informasi tersebut bisa readers cari di Google ^^


Tulisan ini akan lebih banyak berisi mengenai pengalaman ku ketika memainkan game ini. Mystic Messenger sendiri merupakan permainan simulasi kencan yang bercerita mengenai seorang gadis (Player biasa disebut MC atau Main Character) yang memperoleh sebuah pesan misterius melalui sebuah aplikasi di ponselnya. Pesan tersebut berasal dari seseorang tidak dikenal (Unknown) yang  meminta tolong kepada MC untuk mengembalikan sebuah ponsel yang ditemuknnya. MC berbaik hati menolong orang tersebut yang kemudian mengarahkannya menuju sebuah apartemen dan petualangan baru. Sesampainya di apartemen tersebut, MC tiba-tiba masuk ke dalam sebuah chatroom yang berisi lima orang asing. Pada awalnya lima orang tersebut sedang melakukan percakapan biasa ketika tiba-tiba salah seorang dari mereka menyadari bahwa ada orang asing yang masuk ke dalam chatroom  tersebut. Kelima orang tersebut adalah Yoosung Kim, Zen, Kang Jaehee, Jumin Han, dan Seven. Setelah melalui percakapan dan interogasi yang panjang, MC akhirnya diajak bergabung dengan mereka yang ternyata merupakan sebuah organisasi amal bernama RFA (Rika Fundraising Association).

RFA didirikan oleh sepasang kesasih bernama V dan Rika. V adalah seorang fotografer profesional sementara Rika merupakan pekerja sosial yang senang membantu orang-orang. Kegiatan RFA adalah mengadakan pesta dan menjual foto-foto karya V. RFA telah mengadakan pesta sebanyak dua kali. Dana yang berhasil dikumpulkan melalui pesta-pesta tersebut kemudian akan disumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Sayangnya dua tahun sebelumnya, Rika melakukan bunuh diri sehingga RFA tidak lagi pernah mengadakan pesta setelahnya. MC kemudian diberi tugas untuk menjadi host dan membantu RFA untuk mengadakan pesta amal lagi. Sebagai seorang host, tugas MC sangat sederhana, pertama memutuskan apakah tamu yang disarankan oleh para pemain lainnya sebaiknya diundang atau tidak, kedua adalah membalas email-email dari setiap tamu dengan jawaban yang benar.

Contoh guest email
Tugas utama MC adalah untuk memilih satu rute karakter tertentu dan memenangkan hati karakter dalam rute tersebut. Setiap karaketer dalam Mystic Messenger memiliki masalah masing-masing dan MC (ibarat malaikat penolong) akan membantu karakter-karakter ini dalam mengatasi masalah mereka masing-masing. MC akan melakukan percakapan sehari-hari dengan para karakter melalui alternatif jawaban yang tersedia. MC hanya perlu memilih salah satu dari jawaban yang tersedia sesuai dengan keinginan dan instinct MC. Setiap pilihan jawaban yang dipilih oleh MC akan memiliki efek masing-masing terhadap kemungkinan ending permainan ini. Mystic Messenger memiliki 4 ending yaitu bad ending, bad relationship ending, dan normal ending, dan good ending. Setiap karakternya memiliki 7 ending yang berbeda, 3 bad ending, 2 bad relationship ending, 1 normal ending, dan 1 good ending.

Ketika MC melakukan interaksi dengan para karakter lainnya MC akan berkesempatan untuk memperoleh kasih sayang dari mereka atau bahkan membuat karakter kehilangan rasa sayang kepada MC. Kasih sayang yang dimaksud ditandai dengan kemunculan tanda heart pada saat melakukan chatting dengan para karakter. Jika MC berhasil memberikan jawabannya yang diharapkan oleh karakter tertentu maka akan muncul heart sebagai tanda bahwa rasa sayang karakter tersebut bertambah kepada MC. Sebaliknya, ketika MC memilih jawaban yang salah, maka akan muncul broken heart berwarna hitam yang mengindikasikan bahwa rasa sayang karakter berkurang. Masing-masing pemain memiliki warna heart yang berbeda-beda.

Yoosung berwarna hijau

Zen berwarna abu-abu

Jaehee berwarna kuning

Jumin berwarna violet

Seven berwarna merah

Terkadang akan muncul heart berwarna putih, tapi menurut developers Mystic Messenger, warna putih merupakan bug.


Untuk mendapatkan ending yang bahagia, pastikan readers berpartisipsi dalam setiap chatroom dan mengumpulkan heart melalui jawaban yang tepat sesuai dengan rute karakter yang readers pilih. Permainan ini akan berlangsung selama 11 hari. Hari pertama sampai hari keempat merupakan saat dimana readers harus berkutat untuk mengumpulkan heart dari karakter yang readers targetkan, misalnya readers ingin masuk ke rute Yoosung, maka selama hari pertama sampai hari keempat usahakan untuk selalu memilih jawaban yang menambah rasa sayang Yoosung ke readers. Jika readers berhasil, maka pada hari kelima akan muncul wajah karakter yang merupakan rute kita. Nah, dihari kelima hingga hari kesepuluh ini merupakan hari dimana karakter yang rutenya kita masuki menyayangi kita, sehingga terkadang pilihan jawaban yang salah pun akan menambah rasa sayang si karakter kepada kita, tapi konsekuensinya tentunya kita tidak akan mencapai good ending.


Chatroom dalam Mystic Messenger tidak terbuka setiap saat, layaknya pada kehidupan sehari-hari. Chatroom akan muncul pada jam-jam tertentu. Pastikan readers berprtisipasi dalam setiap chat, karena jika ada chat yang terlewat maka untuk masuk ke chat yang terlewat tersebut, readers “harus membayar” sejumlah 5 hoursglass. Selain heart, item lain yang mendukung reders dalam memainkan Mystic Messenger adalah hourglass ini. Hourglass memiliki banyak sekali fungsi. MC bisa memperoleh satu hourglass untuk setiap 100 heart yang MC berhasil kumpulkan. Cara menukarkan hourglass dengan heart adalah dengan menekan tombol + pada sisi kanan item hourglass, kemudian di bagian bawah akan terdapat pilihan change 100 hearts to 1 hourglass.

Apa yang membedakan Mystic Messenger dengan otome game lainnya? Menurut ku, Mystic Messenger memiliki kualitas yang sangat sangat bagus, baik dari segi cerita maupun tampilannya. Pada Mystic Messenger, MC akan berkesempatan mendengar suara karakter-karakter lain melalui phone call. Ya, jadi seperti pada kehidupan nyata, karakter-karakter Mystic Messenger sesekali akan menelepon MC, dan sebaliknya MC juga bisa menelepon karakter lain namun dengan membayar 5 hourglass. Game ini juga menyediakan visual mode yang menampilkan cerita baik dari sudut pandang karakternya, maupun dari sudut pandang lain. Phone call dan visual mode ini menjadikan Mystic Messengger lebih hidup dan nyata. Setiap Mc menyelesaikan satu chatroom, biasanya akan ada karakter yang mengirimkan pesan kepada MC. Perlu diingat bahwa terkadang pilihan answer pesannya memang tidak muncul, bukan karena error namun memang tidak tersedia pilihan untuk membalas pesan.

Mystic Messenger dibagi menjadi tiga story, casual, deep, dan another story.

Commom story merupakan cerita yang dikhususkan apabila readers ingin mengambil rute Yoosung, Zen, atau Jaehee. Ketika memilih rute ini, tidak ada kesempatan bagi readers untuk mengambil rute Jumin dan Seven karena mereka tersedia di pada deep story. Menurut ku pada casual story ini, konflik yang terjadi tidak seberat konflik yang terjadi pada deep story. Hal yang menurut ku menjadi tantangan dalam casual story adalah bagaimana mendapatkan hati karakter yang rutenya ingin kita lalui sekaligus menghindari mendapatkan hati dari dua karakter casual story lainnya. Aku sendiri sangat sulit menghindari hati Yoosung karena Yoosung memang sering di-bully, jadi aku yang nggak tegaan sama Yoosung sering mendapatkan hati darinya (v.v)

Deep story berisikan rute untuh Jumin Han dan Seven. Story ini spersial karena akan mengungkap rahasia-rahasia RFA, khusunya pada rute Seven. Rute ini tidak gratis seperti casual story karena readers harus membayar 100 hourglass untuk masuk ke rute ini. Dalam deep story, readers juga akan lebih banyak mendapat visual mode, sehingga ceritanya lebih terasa hidup.

Another story menurut ku merupakan hadiah yang diberikan Cheritz kepada para MC di seluruh dunia. Another Story ini merupakan cerita yang berisi rute untuk V dan baru dirilis pada 8 September 2017. Rute ini dimunculkan karena banyak pemain Mystic Messenger yang mengharapkan Cheritz membuka rute V (yang awalnya tidak tersedia). Another Story ini cukup mahal karena MC harus mengeluarkan 300 hourglass untuk men-unlocked-nya. Fyi, V jarang sekali muncul pada casual story maupun deep story dikarenakan V sibuk mengurus berbagai hal, yang apabila ku beritahu akan menjadi spoiler :D

Sisanya, untuk lebih mengetahui game ini, readers hanya perlu mengutak-atik menu-menunya saja, seperti misalnya list tamu, spaceship Seven, dan album foto.
Share:

Rabu, 08 Juli 2015

Kembalinya sahabat ku

Sebenarnya tulisan ini bisa ku katakan berlebihan. Postingan ini berhubungan dengan postingan ku sebelumnya terkait rusaknya laptop ku tersayang, yang merupakan sahabat ku *Hiks*

Ya, laptop ini adalah sahabat ku dikala aku kesepian di kost-an. Dia bisa menghibur ku dengan berbagai game dan film yang ada didalamnya. Begitupula saat aku ingin berselfie ria, dan yang paling utama menemaniku ketika au mengerjakan tugas-tugas ku. Ya, laptop ini telah menemani ku semenjak aku SMA hingga sekarang aku kuliah.

Beberapa minggu yang lalu, laptop ini jatuh sakit. Fannya tidak berfungsi. Hal ini membuatku sangat sedih dan membawanya ke salah satu service terkenal di Yogyakarta. Cukup panjang juga perjuangan ku membawa laptop ku yang sakit. Pada hari pertama aku datang membawanya, service tersebut tutup (Waktu itu hari minggu). Keesokan harinya, aku kembali tidak bisa membawa laptop ku karena kakak yang ku mintai tolong mengantarkan ku mendadak ke kampus. Selasa, barulah aku bisa mengantarkan sahabat ku ini menuju rumah sakitnya *HIKS*

Butuh empat hari bagi service itu untuk mendiagnosa penyakit sahabat ku. Hari keempat, aku mendapat sms dari mas tukang service mengenai penyakit laptop ku. Segera ku balas sms itu, supaya masnya segera melanjutkan proses operasi bagian dalam laptop ku *Heheehe* yakni fannya.

Setelah koma selama beberapa hari, laptop ku tersayang kembali sadar pada hari ketiga. Segera aku mendapat sms bahagia itu dari mas tukang service.
Gembira. Itulah yang ku rasakan. Segera aku mengirim pesan BBM kepada kakak rohani ku supaya menemani ku menjemput laptop, sahabat ku.

Hal ini tetap menguji ku. Pasalnya, aku harus menunggu kak Erma selesai ngampus. Service itu tutup pada pukul 16:30WIB, sementara saat ini sudah pukul 16:00WIB.Rasanya aku tidak kuat jika harus menunggu satu hari lagi.

Untunglah kak Erma segera datang. Dengan penuh rasa syukur kepada Yesus Kristus, aku membawa laptop ku dari tempat service setelah selesai membayar biaya servicenya.

Sekarang, dengan perasaan bahagia itu, aku tengah mengetik dengan ditemani kak Erma *Duduk di depan ku dan tidak melihat tulisan ku ini* dan ayam balado nikmat di sisi kiri ku.



^^
Share:

Senin, 29 Juni 2015

Aku dan Blog Lama Ku

Kalau teman-teman membaca post pertama ku, aku mengatakan bahwa ini adalah blog ku yang keempat. Blog ku yang sebelumnya, telah ku hapus beberapa menit yang lalu. Mengapa begitu? Ceritanya panjang.

Ini bermula ketika laptop ku mengalami kerusakan beberapa minggu yang lalu. Setelah beberapa hari tidak ku gunakan, ternyata laptop ku bisa kembali sehat. Merasa semuanya telah baik-baik saja, aku tidak membawa Ochi (nama laptop ku) ke service.

Ternyata beberapa hari yang lalu, Ochi kembali jatuh sakit, bahkan kali ini lebih parah. Ochi hanya bisa dihidupkan selama 5 menit kemudian mati. Sengsara karena tidak bisa menggunakan Ochi, aku beralih ke handphone dan mulai mencari kesibukan lain.

Ketika mencari kesibukan inilah, aku banyak membaca artikel dan fanfiction sehingga adrenalin ku untuk menulis timbul. Dengan harap-harap cemas aku menekan tombol power pada Ochi, namun sayang sakitnya belum hilang.

Merasa depresi dengan keadaan ini, sehabis ujian hari ini aku berniat singgah di lab komputer kampus ku bersama sahabat ku Tia. Tia sedang sibuk dengan urusannya dan meninggalkan ku sendiri di meja komputer kami. Saat sedang asyik mengetik, Tia kembali kemeja kami dan melihat pada layar komputer ku.

Aku mencoba bersikap biasa saja, berharap Tia tidak memperhatikan bahwa aku sedang menulis blog. Ternyata mata jelinya menatap nama blog ku yang alay -,-.
Segera setelah dia berlalu, aku mengganti blog ku dan memindahkan semua postingan ku ke blog yang baru ini.

Blog yang lama ku hapus tanpa meninggalkan bekas postingan sedikit pun. Aku belajar untuk tidak menggunakan nama-nama aneh dalam akun apapun, karenanya, setelah berpikir keras, aku memutuskan menggunakan nama asliku saja untuk blog ku yang baru.

^^
Share:

Minggu, 28 Juni 2015

Mr. Kloning Bagian 2

Based on the true story.  07 Juni 2015 ^^
Aku tidak menyangka, cerita mengenai Mr. Kloning masih akan berlanjut setelah kejadian memalukan saat aku turun dari motor yang diboncengnya. Setelah sampai didepan kontrakan kak Erma aku berniat turun dari motor yang dibawa kak Robi, namun entah mengapa aku tidak seimbang sehingga motornya menjadi oleng dan kami berdua nyaris terjatuh.

  "Ah, maaf...maaf."

 Hanya itu yang bisa aku ucapkan.

 Aku segera masuk ke dalam kontrakan dengan perasaan malu. Aku bahkan tidak mengucapkan terimakasih. Setelah berbaring di atas kasur, aku tetap kesulitan menutup mata. Saat-saat bersamanya tadi rasanya hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup. Enam hari telah berlalu sejak kejadian itu. Hari ini adalah hari Minggu. Aku berusaha memilih pakaian yang santai untuk kupakai beribadah, ya, siapa tahu aku bisa bertemu lagi dengan Mr. Kloning.


Aku memakai kaos berwarna pink, dengan celana hitam gelap dan sepatu ungu kesayangan ku. Tidak lupa aku mengenakan jacket jeans ku yang super besar untuk mempermanis penampilan. Dengan peralatan make up seadanya, aku menggoreskan beberapa kali eye liner di mata bagian bawah ditambah lipstick merah muda yang sedikit berkilau.


Selesai sudah. Aku menunggu kak Ardo datang menjemput ku. Aku menatap handphone. Kak Ardo tidak kunjung datang dan tidak mengirimi pesan sama sekali. Tidak biasanya dia seperti itu. Kurang dari lima menit lagi, dan kak Ardo belum juga datang. Setelah lewat lima belas menit dari jadwal ibadah, kak Ardo mengirimi pesan bahwa dia terlambat bangun. Singkat cerita, aku dan kak Ardo akan ibadah malam saja, mengingat tidak mungkin lagi datang ibadah pagi ini karena kami sudah sangat terlambat.


Kak Ardo akhirnya mengajak ku untuk makan siang bersama kak Erma yang sedang ibadah pagi. Menjelang siang, kak Ardo datang ke kostan ku dan kami berangkat menuju gereja untuk menjemput kak Erma.


Pada saat kami sampai di halaman gereja, kawasan tersebut masih kosong, itu artinya ibadah belum selesai. Memasuki kawasan parkiran, aku melihat segerombolan pria berpakaian biru berdiri dibawah pohon. Salah satu diantara mereka adalah Mr. Kloning. Salah satu dari mereka berteriak kepada kak Ardo: "Do, ngapain coba datang jam segini. Lu udah telat." "Iya bro, gue kesiangan." Balas kak Ardo.


Mr. Kloning hanya terdiam. Demikian juga dengan ku. Aku turun dari motor, pada saat itu jemaat mulai keluar dari gereja, ya, ibadah pagi telah selesai. Aku mengikuti kak Ardo, meninggalkan kawasan parkiran, tempat dimana Mr. Kloning sedang berdiri bersama teman-temannya.


Beberapa anak dari kelompok ku keluar dari dalam gereja dan kami mulai bercakap-cakap di halaman gereja, tidak jauh dari parkiran. Aku melirik ke arah Mr. Kloning, namun dia sudah menghilang. Kak Erma muncul dan mengajak kami masuk kedalam gereja untuk sharing khotbah pagi itu.

Saat sedang asyik mendengarkan teman sekelompok ku sharing, aku melihat Mr. Kloning masuk ke dalam gereja dengan membawa gitar. Tidak lama setelah itu, aku mendengar dia bergabung dengan kelompoknya yang pada saat itu kebetulan sedang sharing dibelakang ku. Ku dengar dia sesekali memainkan gitarnya ditengah riuhnya suara kelompoknya. Aku hanya tersenyum.

Malamnya, saat aku dan kak Ardo memasuki gereja, aku melihatnya duduk dibangku kedua. Langsung saja aku mengambil posisi dibangku keempat, tepat sejajar dengan dia. Selama ibadah berlangsung, sesekali aku meliriknya, melihatnya melompat kegirangan. Selesai ibadah, kami tidak langsung pulang. Malam ini, kelompok ku dan beberapa kelompok lainnya mendapat jadwal tugas membersihkan gereja.

Aku dan kak Aca membawa beberapa nampan kotor untuk dicuci. Mr. Kloning sudah menghilang lagi saat itu. Setelah agak lama, nampan-nampan tersebut kami bawa kembali ke ruang utama. Sambil membawa nampan-nampan besar itu aku melihat Mr. Kloning tengah berdiri di lorong.

Yes, dia masih ada disana.

Aku tersenyum kecil. Pada saat lewat dari hadapannya, aku bahkan tidak berani melemparkan senyum atau menyapanya, pengecut. Hari semakin malam. Ruang utama sudah mulai dibersihkan oleh para brother. Aku menunggu di luar gereja, duduk diteras sendirian. Kak Aca sudah pulang sejak tadi dan aku tengah menunggu kak Ardo yang saat itu sedang membersihkan ruang utama. Mr. Kloning duduk tidak jauh dari ku. Aku tidak berani menatapnya, tapi aku tahu dia sedang menatap ku.

Lama sekali, seolah-olah dia ingin mengajak bicara. Aku tidak tahan dengan keadaan seperti itu, segera ku ambil handphone ku dan mulai ku mainkan. Mr. Kloning tampak berpaling dan tidak lagi memandangi ku. Beberapa menit kemudian, seorang gadis yang ku kenal keluar dari ruang utama dan bercakap-cakap dengan Mr. Kloning.

Sesekali mereka tertawa, tampak begitu akrab. Aku terdiam dan mulai berpikir. Aku tidak benar-benar sedang jatuh cinta kepada Mr. Kloning. Perasaan ini hanya rasa kagum saja.

Ya... Sembari mendengar mereka berdua bercakap-cakap, malam itupun berakhir, larut dalam pikiran ku.
Share:

Mr. Kloning Bagian 1


01 Juni 2015.
Based on the true story
 
"Dek, ntar ikut doa semalaman ya." Begitulah pesan line yang ku terima dari kak Ardo Senin siang.
Aku menghela nafas, seharusnya Minggu kemaren aku gak usah berjanji ikut doa semalaman. Besok Selasa memang ada libur Waisyak, jadi kalaupun aku ikut doa semalaman dan harus begadang, gak bakalan ganggu jam kuliah ku.

"Ah... Mager banget" bisik ku pada diri sendiri.
Tapi karena aku udah janji sama kak Ardo dan kak Erma, maka dengan agak terpaksa aku membalas pesan itu dengan ya.
Malam pukul 18.00 WIB, aku telah selesai mandi. Aku memakai jacket coklat kesayangan ku menutupi kaos hijau dibaliknya. Jeans hitam ku berpadu dengan flat coklat sementara rambut ku yang tidak begitu panjang ku gerai.
Acara doa semalam akan diadakan di kaki gunung. Udaranya pasti sangat dingin, apalagi kami harus berpergian malam dan menggunakan motor. Untuk efisiensi, aku memutuskan untuk tidak membawa tas.

Pukul 19.00, kak Erma belum juga datang karena suatu hal. Kak Erma memang telah memberitahuku sebelumnya bahwa kami harus menyusul doa tersebut . Karena sejak awal aku memang agak ragu, maka aku berniat tidur saja. Pukul 19.54 barulah ada pesan bbm dari kak Erma yang katanya sedang otw ke kostan ku,

Sampai disini, kami tidak langsung berangkat ke lokasi. Aku dan kak Erma menuju kontrakan kak Erma untuk berkumpul bersama jemaat lainnya yang ikut menyusul acara doa tersebut. Barulah, setelah nyaris pukul 21.00 WIB kami dan beberapa jemaat lainnya secara serentak bergerak menuju lokasi.

Udara masih tidak terlalu dingin pada saat kami berada di perempatan. Lanjut menuju jalanan utama km 5, km 10, km 15, dan seterusnya. Sebentar kami singgah disebuah burjo untuk makan malam, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.

Angin menerpa ku yang berada di boncengan kak Erma. Dingin mulai menusuk melewati jacket ku yang memang tidak tebal. Penutup helm ku pasang untuk mengurangi terpaan angin malam di wajah ku. Dingin sekali, dan aku sangat menyesal nggak membawa selendang coklat mama ku. 

Makin ke utara, udara semakin menusuk dan suasana semakin sepi. 

Aku merasa sangat bergairah dengan suasana tenang seperti itu. Rasa mager yang tadi memenuhi hati ku perlahan mulai ikut terhembus bersama angin malam. Jemaat lainnya melaju dengan sangat cepat, meninggalkan motor kak Erma dan motor Kak Al dibelakang.
Dan akhirnya, sampailah kami di kawasan yang banyak penginapannya. Secara naluriah aku menyadari bahwa kami kini sudah berada di kawasan kaki gunung. 

Sebelumnya ku sudah pernah ke daerah ini walau hanya sekali pada saat makrab jurusan disemester lalu. Namun tampaknya suasana malam yang nyaris pukul 23.00 WIB lebih menarik adrenalin ku dibandingkan suasana siang hari. Dua motor yang tersisa melaju kencang di jalan beraspal. Sesekali beberapa motor warga lewat di sisi motor kami. 

Entah mengapa tiba-tiba aku teringat mimpi ku mengenai gunung berapi yang meletus beberapa minggu yang lalu. Sembari menahan dinginnya angin, aku mulai membaca doa untuk menenangkan pikiran itu.
Finally, dua motor terakhir, yakni motor kak Erma dan kak Al akhirnya sampai di tempat diadakannya doa semalaman. Jemaat lainnya tengah mengadakan puji-pujian. Aku dan kak Erma mengambil tempat di posisi belakang.

Tubuhku terasa sangat dingin dan nyaris membeku. Sambil ikut larut dalam puji-pujian, aku memeluk tubuh ku sendiri. Puji-pujian tersebut kemudian diselingi dengan doa dari beberapa jemaat. Kaki ku mulai pegal berdiri, namun aku enggan untuk duduk meskipun beberapa jemaat lainnya yang tidak tahan berdiri telah berselonjoran di atas lantai yang diberi alas.


Setelah beberapa waktu, jemaat dipersilahkan untuk berkumpul empat sampai lima orang untuk melakukan doa bersama-sama. Pada akhirnya kesempatan untuk duduk pun tiba. Sambil berpegangan tangan, aku dan empat jemaat lainnya kemudian saling mendoakan. Sekitar pukul 01.00 WIB acara selesai.


Aku mulai celingak celinguk melihat kesana kemari, siapa tahu aku melihat seseorang dari kelompok ku. 

Pada saat itulah aku melihat dia, sebut saja Mr. Kloning.

Kenapa Mr. Kloning? Mari ku ceritakan sedikit.
Dari enam sahabat ku, ada satu yang bernama Ana. Ana memiliki adik laki-laki yang lebih muda setahun atau dua tahun dari ku. Adiknya Ana sangat tampan dan membuat banyak perempuan jatuh hati.

Ari, begitulah nama adiknya Ana itu. Ari bertubuh tinggi, kulitnya lumayan putih, dengan wajah tampan. Rambutnya bagus dan rapi, dan senyumnya selalu melelehkan hati. Bukan hanya dari kalangan seumurannya saja yang melirik Ari, bahkan kakak-kakak tingkat seangkatan ku juga banyak yang tertarik kepadanya.

Ari, sikapnya cuek kepada wanita. Bukan berarti dia kasar, tapi sepertinya dia belum menemukan wanita yang tepat untuk jatuh hati. Ya, pria tampan memang begitu, benar-benar tidak adil. Terakhir kali aku bertemu dengannya pada saat aku pulang ke rumah Januari 2015 kemarin. Kami bertemu hanya sekali saja, ketika aku pulang beribadah.

Lalu apa hubungannya Ari dengan Mr. Kloning?

Mr. Kloning ini entah bagaiman kelihatan sangat mirip dengan Ari. Pertama kali aku melihatnya ketika dia tengah bermain musik pada saat ibadah. Hal itu membuat ku teringat kepada Ari. Ditambah lagi sikapnya yang kelihatan sangat mirip dengan Ari, tenang dan cuek.

Mr. Kloning berjalan keluar dari ruangan. Aku sedikit kecewa karena tampaknya Mr. Kloning akan segera pulang. Tiba-tiba kak Erma mengajak ku pulang. Aku sih oke oke aja. Kalau pulang jam segini, berarti sebelum matahari terbit kami sudah sampai. Aku tidak membawa kunci gerbang kost ku karena ekspektasi doa semalaman ini akan berakhir sekitar pukul 03.00 WIB. Mau tidak mau aku harus menginap di tempat kak Erma.  

Aku dan kak Erma berjalan keluar bangunan itu. Di luar tampak beberapa jemaat yang hendak pulang tengah asyik bercengkerama di parkiran, di sana ada pula Mr. Kloning. Kak Erma dan aku bergabung bersama mereka, namun karena aku adalah seorang introvet, maka aku hanya mendegarkan percakapan mereka sambil sesekali tertawa.

Mr. Kloning juga ada disana, sesekali dia tampak berbicara dengan jemaat lainnya. Saatnya aku, kak Erma dan beberapa jemaat lainnya berangkat. Kami berencana untuk mampir minum dulu sebelum turun dari atas.

Salah seorang brother dijemaat tiba-tiba mengusulkan supaya para sister seperti aku dan kak Erma diboncengin oleh para brother. Benar juga sih, kak Erma pasti sangat kelelahan setelah perjalan panjang dan dingin ke lokasi doa.

"Erma, kamu sama aku aja." ucap brother Eri kepada kak Erma.

Kak Eri berpaling ke Mr. Kloning.
"Kamu boncengin sister itu." tambah kak Eri sambil menunjuk ku.

Hah, aku merasa sedang berada di dunia fantasi. Merasa seperti disinetron alay yang menjunjung tinggi hal-hal kebetulan yang rasanya mustahil terjadi di dunia nyata. Aku diam, membisu, dan tak sanggup bergerak. Apa mungkin aku akan dibonceng oleh orang yang diam-diam selalu ku curi pandang saat bermain musik di gereja?


Aku mengambil helm dari atas motor kak Erma.

"Kenalan dulu dong." Ucap beberapa jemaat lainnya kepada Mr. Kloning.

Mr. Kloning mendekat kepada ku dan mengulurkan tangannya. Saat itu juga aku teringat pada Ari, ah, mereka benar-benar mirip.

"Robi." Ucapnya singkat. Aku menyambut tangannya, tapi tidak sempat menyebutkan namaku karena jemaat lainnya bersuit-suit menyebalkan. Ah, sudahlah, dia juga tidak perlu tahu nama ku, lagi pula dia hanya akan memboncengi ku sampai tempat makan. Selanjutnya, Kak Erma yang akan memboncengi ku menuju kontrakannya, jadi kebersamaan kami hanya akan berlangsung beberapa menit.


Meskipun begitu, aku tidak bisa menahan rasa bahagia di hati ku. Dia naik ke atas motor kak Erma. Tiba-tiba keluar kata-kata yang sangat menyebalkan darinya:

"Ayo, kak." Aku diam dan memandanginya.
"Kak?" Ucap ku dengan keras. Aku tidak tahu dia memang tidak mendengarnya atau pura-pura tidak mendengar.

Motor kami mulai bergerak. Sesekali, saat motor jemaat lain tengah melaju di sisi motor kami, mereka berteriak cie.. cie... kepada kami berdua. Aku tidak bisa menahan senyum ku. Ku harap dia tidak melihatnya melalui spion.


Tiba-tiba dia membuka pembicaraan. Aku lupa apa tepatnya, tapi kami mulai berkenalan lebih lanjut.


Robi: "Kak Leon jurusan apa?"

Leon
:  "Kak? Kok kakak? Mmm, aku jurusan ***."
Robi: "Loh, emang kamu angkatan berapa?"
Leon: "censored, kak Robi?"
Robi: "Aku censored. *** apa?"
Leon: "*** doang. Kak Robi jurusan apa?"
Robi: "Pendidikan."
Leon: "Pendidikan?"
Robi: "Seni musik"
Leon: "Di?"
Robi: "Universitas Negeri"
Leon: "Oh."
Robi: "Negeri apa hayo?" (Menantang)
Leon: "XYZ kan."
Robi: "Yupp. Leon asalnya dari mana?"
Leon: "Kok Kakak bisa tau nama ku" (Sampai detik itu, aku belum memperkenalkan nama)
Robi: "Tadi kan udah kenalan"
Leon: "Aku kan nggak ngasi tau nama ku" (Pasang wajah curiga penuh kemenangan)
Robi: "Eh, masa iya? Hmm, berarti tadi aku dengar dari Kak Ian."
Leon: "Oh. Aku asalnya dari ***"
Robi: "Oh ya, aku juga dari sana. Dimana di ***"
Leon: "Di ***"
Robi: "Lah, itu mah bukan ***. Sorry ya, aku kurang tau sih kalau kampung-kampung  
           kayak gitu"
Leon: (Dalam hati: Kampung ndas mu, ni orang nyebelin banget.) "Iya deh Kak Rob" 
           (Cemberut)
Robi: "Eh, nama ku bukan Robi. Tadi itu becanda." Ucapnya sambil tertawa
Leon: (Pantas aja tadi jemaatnya pada bersuit-suit ria) "Terus, nama kakak siapa?"
Robi: ****** (Sensor) Untuk tujuan keamanan aku akan tetap menggunakan nama Robi atau Mr. Kloning.

Leon: "Wah, namanya panjang banget. Nama panggilannya siapa?"
Robi: "Panjang banget ya. Hmm... Aku biasa dipanggil ***** sih"
Leon: (Aku tidak mendegar dengan jelas karena angin yang kencang)"Siapa?"
Robi: (Berteriak sambil menyebutkan namanya) "****"
Leon: "Ah, sorry-sorry"
Robi: "Eh, kamu merasa dibentak ya?"
Leon: "Iya."
Robi: "Aduh, maaf, tadi itu bukan membentak."
Leon: "Iya, gak papa."

Hening beberapa saat.


Robi: "Kamu ada ketertarikan sama apa aja?"

Leon: (Kaget) "Hah? Ehmmm. Membaca, nonton"
Robi: "Baca apa?" Leon: "Komik, novel."
Robi: "Novel gimana?"
Leon: "Horror, romantis"
Robi: "Romantis? Hmm, aku gak terlalu suka. Nonton apa aja?"
Leon: "Horror, anime"
Robi: "Anime? Anime itu yang gimana?"
Leon: "Hmm, yang kaya Ultra Maniac, Naruto, dll"
Robi: "Kamu suka Naruto?"
Leon: "Dulu, sekarang nggak lagi. Aku nggak ngikutin lagi soalnya."
Robi: "Oh, suka Korea nggak?"
Leon: "Nggak terlalu."
Robi: "Yah..." (Dengan nada kecewa.) "Aku suka banget Korea."
Leon: (Tersenyum)
Robi: "Kamu suka musik yang gimana"
Leon: (Yah, pertanyaan yang melemahkan urat nadi. Aku sama sekali nggak ngerti musik) 
          "Ehmm, ngak ada yang khusus sih."
Robi: "Nggak terlalu suka musik ya?"
Leon: "Suka, kak.”

Pembicaraan kami terus berlanjut, sebagian besar sengaja ku hilangkan dan sebagiannya lagi memang karena aku lupa.

Cukup lama kami berbincang-bincang karena secara kebetulan gerombolan kami yang tengah mencari warung Teh Poci tempat minum itu tersesat kesana kemari dan berkali-kali. Aku tersenyum, menyadari bahwa alam tampaknya berpihak kepada ku. Aku belum ingin mengakhiri pembicaraan ini, maka aku berharap kami tersesat lebih lama lagi.

Baru kali ini aku berbicara dengan orang asing sebanyak ini. 

Dia cukup ramah walaupun beberapa ucapannya menyebalkan. Sesekali saat berpapasan dengan teman jemaatnya yang juga tengah membonceng seorang sister, dia berteriak cie... cie. Begitu juga dengan temannya, balas mengatakan cie... cie.

Warung Teh Poci akhirnya kami temukan. Rasa sedih merambat kedalam hati ku. Berakhir sudah perjalanan indah malam ini. Selagi memasuki kawasan warung aku menatap kelangit, memandangi bulan besar yang tengah bersinar.


Robi: "Kamu gak suka jalan-jalan ya?"

Leon: "Gak terlalu sih, kalau rame-rame begini."
Robi: "Oh, kamu gak suka rame-rame ya. Sama, aku juga."

Motor di parkirkan. Aku meninggalkannya dan menuju kak Erma. Aku tidak duduk semeja dengan Mr. Kloning, tapi sesekali aku meliriknya. Lama kami singgah di warung Teh Poci. Saatnya pulang. Aku merapat ke kak Erma. Berakhir sudah, berakhir sudah, ucapku dalam hati.


Tapi perkiraan ku salah. Ku lihat kak Erma menjauh, menuju motor kak Eri. Lah, kak Erma bareng kak Eri? Berarti aku? Aku? Aku bareng si Kloning lagi dong? Aku gak tahu harus senang atau bagaimana. Perjalanan menuju kontrakan kak Erma masih panjang. Itu artinya aku masih bisa berbincang-bincang bersamanya.


Sambil tersenyum, aku duduk di belakangnya. Dan... Motor pun mulai melaju kencang. Dia tampak ngebut di tengah jalan sepi. Padahal aku berharap dia memperlambat motornya.

Kami tidak banyak berbincang-bincang pada saat pulang. Sesekali dia masih berteriak cie kepada temannya. Sisanya, aku hanya diam hening, sambil melirik bulan. Ya, aku benar-benar melirik bulan dan berbicara kepadanya, mengucapkan terimakasih buat salah satu malam terindah selama pertengahan tahun ini.

Robi: "Kamu pake jacket kan?"

Leon: "Pake, kak."
Robi: (Memperbaiki jacketnya)

Untuk sesaat aku berharap dia memberikan jacketnya kepada ku, karena udara sangat dingin ditambah motor yang melaju kencang. Sesekali dia meminta maaf saat dia melewati jalan yang tidak mulus dan menyebabkan motor agak melonjak.


Robi: "Leon, Kostan kamu dimana?"

Leon: "****"
Robi: "Ntar kita lewati nggak?"
Leon: "Kayaknya iya."
Robi: "Ntar kalau lewat kasi tau ya."

Hening lagi. Lama kemudian dia berbicara lagi.

Robi: "Leon?"
Leon: "Iya?"
Robi: "Kamu tidur?"
Leon: "Nggak kok, kak."
Robi: "Terus, kok nggak ngomong?"
Leon: (Diam)

Hening lagi. Lama sekali. Aku hanya memandangi keadaan sekitar. Mr. Kloning juga diam lama sekali. Aku sangat kedinginan.


Robi: "Leon?"

Leon: "Iya?"
Robi: "Kamu tidur?"
Leon: "Nggak kak."
Robi: "Terus, kok nggak ngomong?"
Leon: "Ya, gak apa-apa'"

Hening lagi. Kali ini lebih lama.

Robi: "Leon, kamu mau ke kostan atau gimana?"
Leon: "Ke kontrakan kak Erma."
Robi: "Oh, okay."

Lagi-lagi hening. Aku berbicara kepada bulan tentang pagi yang indah ini. Kami mulai mendekati jalan utama bagian bawah. Yah, sebentar lagi dan pagi indah ini akan berakhir.

Di sebuah perempatan, lampu menunjukkan warna merah. Motor kak Erma dan motor kak Al berhenti. Namun tidak lama, mereka segera melaju menembus lampu merah yang memang sepi.

Robi: "Ih, kami gak mau ah terobos lampu merah."

Leon: (Tersenyum)

Taman Mr. Kloning yang tengah melaju tampak berteriak menggoda. Pada akhirnya kami ikut menerobos lampu merah itu. Sekali lagi, Robi bertanya.

Robi: "Leon?"
Leon: "Iya?"
Robi: "Kamu tidur?"
Leon: "Nggak kak."
Robi: "Terus, kok nggak ngomong?"
Leon: "Emang ada yang perlu diomongin kak?"
Robi: "Gak sih."

Pada saat melaju menuju kontrakan kak Erma, kami bersisipan dengan teman Mr. Kloning yang sedari tadi saling menggoda. Mr. Kloning berusaha meraih mereka sambil membawa motor, sehingga motor sedikit oleng. Dasar, bukannya berhenti, dia malah terus melakukannya, sampai akhirnya motor melewati jalan yang bolong dan kami tergoncang cukup keras.


Robi: "Sorry-sorry"

Aku hanya diam karena sedikit kesal.
Sesampainya di kontrakan rumah kak Erma saat hendak turun dari motor, aku sedikit kesandung dengan sangat memalukan. Pada akhirnya aku lansung masuk ke dalam kontrakan kak Erma tanpa mengucapkan terimakasih.

*Maaf jika banyak yang disensor. 

Berhubung judulnya "Mr. Kloning Bagian 1", aku berharap aku dan Mr. Kloning punya cerita lain untuk diceritakan sehingga aku bisa menerbitkan tulisan "Mr. Kloning Bagian 2" dan seterunya. :)
Share: