Based on the true story. 07 Juni 2015 ^^
Aku tidak menyangka, cerita mengenai Mr.
Kloning masih akan berlanjut setelah kejadian memalukan saat aku turun dari
motor yang diboncengnya. Setelah sampai didepan kontrakan kak Erma aku berniat
turun dari motor yang dibawa kak Robi, namun entah mengapa aku tidak seimbang
sehingga motornya menjadi oleng dan kami berdua nyaris terjatuh.
"Ah, maaf...maaf."
Hanya
itu yang bisa aku ucapkan.
Aku
segera masuk ke dalam kontrakan dengan perasaan malu. Aku bahkan tidak
mengucapkan terimakasih. Setelah berbaring di atas kasur, aku tetap kesulitan
menutup mata. Saat-saat bersamanya tadi rasanya hanya akan terjadi sekali dalam
seumur hidup. Enam hari telah berlalu sejak kejadian itu. Hari ini adalah hari
Minggu. Aku berusaha memilih pakaian yang santai untuk kupakai beribadah, ya,
siapa tahu aku bisa bertemu lagi dengan Mr. Kloning.
Aku memakai kaos berwarna pink, dengan celana
hitam gelap dan sepatu ungu kesayangan ku. Tidak lupa aku mengenakan jacket
jeans ku yang super besar untuk mempermanis penampilan. Dengan peralatan make
up seadanya, aku menggoreskan beberapa kali eye liner di mata bagian bawah
ditambah lipstick merah muda yang sedikit berkilau.
Selesai sudah. Aku menunggu kak Ardo datang
menjemput ku. Aku menatap handphone. Kak Ardo tidak kunjung datang dan tidak
mengirimi pesan sama sekali. Tidak biasanya dia seperti itu. Kurang dari lima
menit lagi, dan kak Ardo belum juga datang. Setelah lewat lima belas menit dari
jadwal ibadah, kak Ardo mengirimi pesan bahwa dia terlambat bangun. Singkat
cerita, aku dan kak Ardo akan ibadah malam saja, mengingat tidak mungkin lagi
datang ibadah pagi ini karena kami sudah sangat terlambat.
Kak Ardo akhirnya mengajak ku untuk makan
siang bersama kak Erma yang sedang ibadah pagi. Menjelang siang, kak Ardo
datang ke kostan ku dan kami berangkat menuju gereja untuk menjemput kak Erma.
Pada saat kami sampai di halaman gereja,
kawasan tersebut masih kosong, itu artinya ibadah belum selesai. Memasuki
kawasan parkiran, aku melihat segerombolan pria berpakaian biru berdiri dibawah
pohon. Salah satu diantara mereka adalah Mr. Kloning. Salah satu dari mereka
berteriak kepada kak Ardo: "Do, ngapain coba datang jam segini. Lu udah
telat." "Iya bro, gue kesiangan." Balas kak Ardo.
Mr. Kloning hanya terdiam. Demikian juga dengan
ku. Aku turun dari motor, pada saat itu jemaat mulai keluar dari gereja, ya,
ibadah pagi telah selesai. Aku mengikuti kak Ardo, meninggalkan kawasan
parkiran, tempat dimana Mr. Kloning sedang berdiri bersama teman-temannya.
Beberapa anak dari kelompok ku keluar dari
dalam gereja dan kami mulai bercakap-cakap di halaman gereja, tidak jauh dari
parkiran. Aku melirik ke arah Mr. Kloning, namun dia sudah menghilang. Kak Erma
muncul dan mengajak kami masuk kedalam gereja untuk sharing khotbah pagi itu.
Saat sedang asyik mendengarkan teman
sekelompok ku sharing, aku melihat Mr. Kloning masuk ke dalam gereja dengan
membawa gitar. Tidak lama setelah itu, aku mendengar dia bergabung dengan
kelompoknya yang pada saat itu kebetulan sedang sharing dibelakang ku. Ku
dengar dia sesekali memainkan gitarnya ditengah riuhnya suara kelompoknya. Aku
hanya tersenyum.
Malamnya, saat aku dan kak Ardo memasuki
gereja, aku melihatnya duduk dibangku kedua. Langsung saja aku mengambil posisi
dibangku keempat, tepat sejajar dengan dia. Selama ibadah berlangsung, sesekali
aku meliriknya, melihatnya melompat kegirangan. Selesai ibadah, kami tidak
langsung pulang. Malam ini, kelompok ku dan beberapa kelompok lainnya mendapat
jadwal tugas membersihkan gereja.
Aku dan kak Aca membawa beberapa nampan kotor
untuk dicuci. Mr. Kloning sudah menghilang lagi saat itu. Setelah agak lama,
nampan-nampan tersebut kami bawa kembali ke ruang utama. Sambil membawa
nampan-nampan besar itu aku melihat Mr. Kloning tengah berdiri di lorong.
Yes, dia masih ada disana.
Aku tersenyum kecil. Pada saat lewat dari
hadapannya, aku bahkan tidak berani melemparkan senyum atau menyapanya,
pengecut. Hari semakin malam. Ruang utama sudah mulai dibersihkan oleh para
brother. Aku menunggu di luar gereja, duduk diteras sendirian. Kak Aca sudah
pulang sejak tadi dan aku tengah menunggu kak Ardo yang saat itu sedang
membersihkan ruang utama. Mr. Kloning duduk tidak jauh dari ku. Aku tidak
berani menatapnya, tapi aku tahu dia sedang menatap ku.
Lama sekali, seolah-olah dia ingin mengajak
bicara. Aku tidak tahan dengan keadaan seperti itu, segera ku ambil handphone
ku dan mulai ku mainkan. Mr. Kloning tampak berpaling dan tidak lagi memandangi
ku. Beberapa menit kemudian, seorang gadis yang ku kenal keluar dari ruang
utama dan bercakap-cakap dengan Mr. Kloning.
Sesekali mereka tertawa, tampak begitu akrab.
Aku terdiam dan mulai berpikir. Aku tidak benar-benar sedang jatuh cinta kepada
Mr. Kloning. Perasaan ini hanya rasa kagum saja.
Ya... Sembari mendengar mereka berdua
bercakap-cakap, malam itupun berakhir, larut dalam pikiran ku.
0 komentar:
Posting Komentar